Menurutnya, minat terhadap bidang fisika di Indonesia menurun akibat rendahnya daya serap di dunia kerja.
"Tantangan ini memacu para pegiat fisika untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan ilmu fisika agar bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Salah satu tantangan terbesar selama studinya adalah mengatur waktu antara studi doktoral dan pekerjaan sebagai asisten riset. Oleh karena itu, Ravidho menekankan pentingnya komunikasi dengan promotor serta pembagian skala prioritas untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan efektif.
Untuk menjaga motivasinya, Ravidho gemar membaca buku-buku self-improvement dan berdiskusi untuk bertukar ide. Salah satu pencapaian yang membanggakan adalah ketika artikel pertamanya berhasil diterbitkan di jurnal terindeks Q1 Scopus.
"Penelitian tugas akhir saya mengambil topik validasi dan pemanfaatan data satelit Global Precipitation Measurement (GPM) untuk analisis curah hujan dan bencana hidrometeorologi di Indonesia," jelasnya.
Motivasi terbesar Ravidho berasal dari keluarganya, terutama ibunya yang selalu menekankan pentingnya pendidikan. Secara akademis, dosen pembimbingnya, Prof. Marzuki, juga memberikan pengaruh besar dalam perkembangan akademisnya. Sebagai anak pertama dan seorang suami, Ravidho bertekad menjadi panutan bagi orang-orang yang dicintainya.
Setelah menyelesaikan studi S3, ia akan menjalani program post-doktoral di Kyoto University melalui program Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) dengan Prof. Hiroyuki Hashiguchi sebagai peneliti pendamping.
Ravidho meyakini bahwa apa yang telah ia capai dapat diraih oleh siapa saja yang memiliki kemauan yang kuat.
"Satu hal yang saya yakini, pendidikan adalah salah satu jalan paling masuk akal untuk meningkatkan taraf hidup kita dan keluarga di masa depan," pungkasnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait