Ratapan Pilu Induk Gajah: Kehilangan Buah Hati di PKG Sebanga

Nanda
Gajah PKG Sebanga Bengkalis Mati (foto /ist)

PEKANBARU, iNewsPekanbaru – Kabar duka yang menusuk hati datang dari Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Kabupaten Bengkalis, Riau. Seekor anak gajah betina bernama Laila, yang baru berusia sangat muda, telah pergi untuk selamanya. Kematian ini bukan hanya kehilangan bagi konservasi, namun juga hantaman duka yang dalam bagi sang induk, Puja.

Air mata dan jeritan yang tak terucap menjadi saksi bisu hari penguburan Laila pada Minggu (23/11/2025). Ketika para petugas mulai menimbun tanah di atas jasad mungil Laila, ratapan pilu dari kejauhan terdengar memecah keheningan.

Puja, sang induk, tak mampu menahan perasaannya. Ia terlihat hilir mudik, melolong dengan suara yang memilukan, menyaksikan proses penguburan buah hatinya. Berulang kali ia berusaha mendekat ke liang kubur, seolah ingin memberikan sentuhan terakhir, ciuman perpisahan, atau sekadar penghormatan terakhir untuk Laila yang ia lahirkan. Namun, tugas dan keamanan memaksa para petugas dan mahout (pawang gajah) untuk menghalanginya.

Di sisi lain, Sarma, induk jantan yang juga ayah Laila, hanya bisa menyahut pekikan pilu Puja. Suaranya terdengar meredam, seakan berusaha menenangkan duka yang tak tertahankan dari pasangannya. Para petugas yang menyaksikan pemandangan mengharukan ini hanya bisa saling pandang, merasakan getirnya ikatan kasih sayang keibuan yang tak mengenal batas spesies.

Meskipun ratapan dan jeritan Puja terus menguar, proses penguburan tetap harus diselesaikan. Ibu gajah itu terus saja mondar-mandir, tak henti mengeluarkan suara-suara yang menyayat hati, hingga akhirnya gundukan tanah itu selesai menutupi Laila.

Kepala Balai Besar KSDA Riau, Supartono, menjelaskan kronologi pilu yang mendahului kepergian Laila.

"Pada tanggal 20 November 2025, anak gajah Laila terlihat kurang aktif dari biasanya, meskipun nafsu makan dan minumnya masih baik," ujar Supartono. Informasi ini segera ditindaklanjuti. Tim medis, terdiri dari dokter hewan dan mahout, langsung diterjunkan untuk memulai perjuangan.

Meskipun tim medis telah berupaya maksimal – memberikan cairan infus, obat-obatan, dan melakukan pemantauan intensif setiap dua jam – kondisi Laila terus memburuk. Sepanjang tanggal 21 November, Laila masih sempat makan, minum, dan menyusu pada Puja.

Namun, sekitar pukul 00.30 WIB, Laila mulai menjerit. Pukul 01.00 WIB, jeritan itu kembali terdengar, dan ia ditemukan dalam posisi berbaring. Walaupun sempat bangkit dan menyusu lagi setelah penanganan, takdir berkata lain.

"Pada pukul 05.30 WIB, Gajah Laila dinyatakan sudah mati dalam kondisi terbaring," tutup Supartono dengan nada sendu.

Untuk mencari jawaban atas kepergian mendadak ini, Tim Dokter Hewan BBKSDA Riau telah melakukan nekropsi (autopsi pada hewan) dan pengambilan sampel jaringan. Hasil uji laboratorium diharapkan dapat mengungkap misteri di balik kematian Laila, anak gajah yang lahir penuh harapan pada 6 April 2024.

Kini, yang tersisa hanyalah duka mendalam di Pusat Konservasi Sebanga, dan memori ratapan pilu seorang ibu gajah yang kehilangan anaknya.

Editor : Banda Haruddin Tanjung

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network