get app
inews
Aa Text
Read Next : Dilepas Prabowo, Polda Riau Kirim Bantuan 30 Tangki Berisi Air Bersih ke Agam Sumbar

Masih Trauma, Anak-anak di Agam Bertanya Apa Doa Supaya Hujan Berhenti

Kamis, 11 Desember 2025 | 14:52 WIB
header img
Anak anak di Lokasi Bencana Agam Sumbar Masih Trauma Saat Lihat Hujan (Foto ist)

Agam, iNewsPekanbaru.id - Hujan kembali mengguyur Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Bara (Sumbar)t saat para murid SDN 09 Gumarang kembali bersekolah. Di tengah rintik hujan itu, seorang guru bernama Wilda Ariani datang membawa kedua anaknya.

Wilda adalah guru agama di SDN 09 Gumarang. Pagi tadi, ia membawa dua anaknya, Nazuratul Husna dan Affan Zafran, untuk mengikuti kegiatan trauma healing yang digelar oleh Polda Riau.

Pagi tadi, tim Trauma Healing Polda Riau dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIPSI) kembali ke SDN 09 Gumarang untuk melakukan pendampingan terhadap para siswa. Tim Trauma Healing membawa sejumlah permainan dan mengajak anak-anak untuk berinteraksi agar menghilangkan sejenak rasa traumanya.

Anak-anak diajarkan metode untuk mengatasi kecemasan. Para konselor juga melakukan pendekatan untuk mengetahui kondisi psikis yang dialami anak-anak pasca-bencana.

Mengetahui adanya kegiatan trauma healing ini, Wilda antusias dan membawa kedua anaknya ke sekolah setelah mendapat izin dari kepala sekolah. Kedua anak Wilda sendiri bersekolah di sekolah lain, namun hari ini diliburkan karena sekolahnya terdampak.

"Kebetulan kemarin ada kepala sekolah dan setelah disampaikan kepala sekolah bahwa hari ini ada trauma healing jam 10. Saya minta izin kepala sekolah untuk membawa 2 orang anak saya ke sini," ujar Wilda, Rabu (10/12/2025).

Warga Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan ini berharap kedua anaknya pulih dari rasa trauma. Setiap rintik hujan yang turun kedua anaknya diliputi kecemasan sampai-sampai bertanya 'Apa doa agar hujan berhenti'. Sebagai informasi, sebelum galodo terjadi, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan diguyur hujan tak henti-henti selama beberapa hari.

"Kebetulan karena kami dekat dengan bencana galodo dia agak takut, kalau hujan dia merasa takut sehingga bertanya 'apa doa supaya hujan berhenti'," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Wilda mengajak kedua anaknya itu ke sekolahnya, dengan harapan peristiwa traumatis itu tak terus membekas di ingatan kedua anaknya tersebut.

"Makanya saya ajak anak saya ke sini, dengan harapan supaya traumanya sedikit berkurang," ucapnya penuh harap.

Sebagai orang tua, Wilda sudah mencoba menenangkan kedua anaknya itu. Namun ia merasa hal ini tak cukup untuk memulihkan psikis kedua anaknya.

"Kita sebagai orang tua sudah berupaya bilang 'kan hujan ini sebagai rahmat, bisa menumbuhkan tumbuhan, kita bisa minum air', tapi rasa takutnya belum hilang juga, jawabnya 'iya', tapi kelihatan pucat mukanya," katanya.

Saking takutnya akan hujan, anak bungsu Wilda justru kini sering salat. "Bahkan dia terlalu takut, dia sering salat. Sebelumnya cuma 5 kali sehari kan, sekarang jam 10.00 itu 'salat lagi ya Bu'," ucapnya.

Peristiwa traumatis itu malah membuat anak sulungnya merasa sesak napas ketika hujan turun.

"Kalau yang tua (anak sulung) itu kalau dah hujan katanya sesak dadanya. Makanya saya bawa ke sini supaya dia bisa mengatasi rasa traumanya itu," katanya.

Bencana galodo (banjir bandang) yang terjadi Kamis (27/11) sore itu membuat paman Wilda meninggal dan istri pamannya belum ditemukan. Rumah keluarganya juga rusak tersapu galodo.

Editor : Banda Haruddin Tanjung

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut