Washington, iNewsPekanbaru.id – Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk pertama kalinya memberikan izin kepada Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Army Tactical Missile System (ATACMS) untuk menyerang wilayah Rusia. Keputusan ini memancing kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk dari kubu presiden terpilih Donald Trump.
Salah satu sekutu dekat Trump sekaligus penasihatnya, Elon Musk, serta putra Trump, Donald Trump Jr, menyatakan keberatan atas langkah tersebut. Musk, dalam sebuah unggahan di media sosial X, memperingatkan bahwa tindakan ini dapat memprovokasi respons keras dari Rusia.
“Masalahnya adalah Rusia akan membalasnya,” tulis Musk, yang sebelumnya kerap menyerukan upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Donald Trump Jr, melalui media sosial, menuduh keputusan ini didorong oleh kepentingan industri militer AS. Ia menilai langkah tersebut bertujuan untuk memulai Perang Dunia III sebelum ayahnya resmi menjabat kembali sebagai presiden.
“Kompleks industri militer tampaknya ingin memastikan mereka memulai Perang Dunia III sebelum ayah saya punya kesempatan menciptakan perdamaian dan menyelamatkan nyawa,” ujar Trump Jr.
Ia juga menambahkan bahwa konflik seperti ini menguntungkan industri pertahanan dengan keuntungan triliunan dolar dari perang yang berkepanjangan.
Lampu hijau dari AS untuk penggunaan ATACMS ini menandai perubahan besar dalam kebijakan sebelumnya, yang melarang Ukraina menggunakan rudal tersebut terhadap target di Rusia. Keputusan ini muncul di tengah laporan pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia untuk mendukung perang melawan Ukraina.
Menurut seorang pejabat senior AS, langkah ini diharapkan dapat mencegah keterlibatan lebih jauh Korea Utara dalam konflik. Rudal ATACMS sendiri memiliki jangkauan hingga 300 km dan dilengkapi dengan GPS untuk meningkatkan keakuratan.
Langkah ini menuai kekhawatiran dari berbagai pihak, yang menganggapnya dapat memperburuk eskalasi konflik dan memicu konsekuensi serius bagi keamanan global.
Sementara itu, presiden terpilih Donald Trump mengindikasikan bahwa pemerintahannya akan menghentikan bantuan militer ke Ukraina dan fokus pada solusi diplomatik untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Hingga kini, Rusia belum memberikan tanggapan resmi atas keputusan AS tersebut.
Editor : Banda Haruddin Tanjung