DUMAI, InewsPekanbaru.id - Masa sekolah yang menyenangkan akan selalu dikenang, begitu juga cara guru mengajar. Bila menghibur dan mencerdaskan, tentu akan selalu diingat oleh siswa. Karena itu, pendidik harus paham berbagai metode, pendekatan, strategi, dan model-model pembelajaran.
Pendekatan adalah cara yang ditempuh untuk sampai pada tujuan. Sementara itu, strategi adalah upaya memanfaatkan segala daya dan sumber belajar yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Sedangkan, model pembelajaran adalah rencana atau pola pembelajaran yang dapat digunakan untuk membentuk dan mengembangkan kurikulum untuk mendesain pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu.
Mhd Azahan Daulay, S.Pi, Kepala SMPN 25 Kota Dumai mengatakan, apa pun metode, pendekatan, strategi, maupun model pembelajaran yang dipilih, semuanya harus bermuara pada aktivitas student center, bukan pada teacher center. Alternatif pendekatan pembelajaran yang gencar dikembangkan adalah active learning. Implementasi untuk melaksanakan active learning sesungguhnya adalah amanat dari regulasi. Dalam pasal 1 ayat 1, UU RI 20/2003 tentang Sisdiknas tertulis bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
“Ada empat komponen yang perlu dipedomani pendidik dalam melaksanakan active learning. Untuk mempermudahnya saya sebut dengan ”MIKIR”. M adalah mengalami, I adalah interaksi. Ki adalah Komunikasi dan R adalah refleksi. “ jelas Azahan Daulay yang merupakan Fasilitator Daerah Dumai Program PINTAR Tanoto Foundation.
Pertama, M adalah mengalami, dalam active learning, pembelajaran harus dirancang agar peserta didik aktif. Misalnya, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Kedua, I adalah interaksi. Pembelajaran aktif harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada murid untuk berinteraksi. Misalnya, diskusi, tanya jawab, atau brainstorming. Ketiga, Ki kependekan dari komunikasi. Pembelajaran aktif harus melatih anak bisa mengemukakan pendapat, presentasi atas laporan yang dibuat, atau memajang hasil karya peserta didik. Keempat, R adalah refleksi.
Azahan Daulay menambahkan, unsur pembelajaran aktif MIKIR bukan suatu urutan kegiatan dari setiap unsur juga dapat terjadi beberapa kali dalam satu proses pembelajaran. Ada kalanya beberapa unsur tersebut muncul bersamaan, misalnya dalam melakukan percobaan secara berkelompok, siswa melakukan percobaan untk mendapatkan data (Mengalami). Namun disaat melakukan percobaan ada pertukaran ide (Interaksi), menemukan gagasan baru (Refleksi) dan menyampaikan pendapat (Komunikasi).
MIKIR adalah unsur dari pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh Tanoto Foundation kepada para pendidik. Menurut Azahan Daulay dengan menerapkan MIKIR menjadi efektif untuk membuat siswa belajar aktif. Siswa menjadi terlibat dengan pembelajaran dan menjadi sangat antusias.
Metode MIKIR Azahan Daulay dapatkan dari mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) Fasda pembelajaran jenjang SMP yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation melalui Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) tentang Pembelajaran Aktif beberapa waktu lalu.
“Saya ucapakan terima kasih kepada Tanoto Foundation yang telah memberikan kesempatan kepada saya sebagai Fasda Pembelajaran dari Hasil seleksi Fasda dari Kota Dumai untuk mengikuti diklat di Kota Pekanbaru,” jelas Azahan Daulay.
Azahan Daulay menambahkan pada kegiatan diklat pembelajaran aktif pada saat itu ada sesuatu yang berbeda dengan diklat yang pernah Azahan Daulay ikuti yaitu pembelajaran aktif dengan unsur MIKIR. Sampai diakhir diklat ada praktik pembelajaran yang awalnya cukup menggunakan Team Teaching dimana salah satu peserta dari kelompok pasangannya yang menjadi guru model mengajar dihadapan peserta didik dengan setting kelas yang nyata (real teaching) mulai dari awal sampai dengan akhir pelajaran.
"Pada saat diklat kami didorong untuk mengembangkan lembar kerja dan pertanyaan tingkat tinggi, pengelolaan lingkungan belajar, dan budaya baca. Kami juga bersimulasi dengan pendekatan yang baru dikenalkan tersebut dan langsung berpraktik di sekolah,"tukasnya.
District Coordinator Kota Dumai, Tanoto Foundation, Theo E Lubis mengatakan, Program PINTAR di Dumai dimulai sejak tahun 2018. Di Dumai sendiri ada 32 fasda yang terdiri dari 10 fasda pembelajaran SD/MI, 10 fasda pembelajaran SMP/Mts dan 12 fasda MBS untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs.
"Sekolah mitra program PINTAR ada 24 sekolah di Kota Dumai. Program ini bekerjasama dengan Disdikbud Kota Dumai dan Kantor Kementerian Agama Kota Dumai.
Salah satu bentuk program adalah school improvement yaitu peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah mitra melalui serangkaian pelatihan, pendampingan dan group learning," kata District Coordinator Kota Dumai, Theo E Lubis.
Editor : Banda Haruddin Tanjung