Tradisi Pacu Jalur dari Riau Mendunia Berkat Tren Aura Farming TikTok

Nanda
Foto Pemprov Riau (Pacu Jalur Kuasing)

PEKANBARU,  iNewsPekanbaru.id - , Salah satu agenda pariwisata unggulan dalam Kharisma Event Nusantara (KEN), yang digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, kini tengah menjadi sorotan global. Tradisi mendayung perahu panjang ini mendadak viral di jagat maya, khususnya di platform video pendek TikTok, memicu tren "Aura Farming" yang sukses menarik perhatian warganet dari berbagai negara.

Tren "Aura Farming", yang mulai viral sejak September 2024 menurut situs Know Your Meme, merujuk pada fenomena seseorang yang dinilai keren atau mampu menciptakan "aura moment" sehingga tampak seperti tokoh utama. Dalam konteks Pacu Jalur, tren ini menampilkan para pendayung muda dengan gerakan khas memutar tangan dan mengayun untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat, diiringi lagu "Young Black & Rich" karya Melly Mike. Gerakan ikonik ini memancarkan aura kepercayaan diri yang memikat netizen global, memicu banjirnya video meme yang meniru gaya "cool" ala pendayung jalur.

Warisan Budaya Indonesia Menjelajahi Dunia

Popularitas Pacu Jalur yang melonjak berkat tren "Aura Farming" menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya Indonesia dapat mendunia dengan sentuhan kreativitas generasi muda. Selain berhasil memperkenalkan tradisi lokal ke khalayak global, fenomena ini juga menumbuhkan rasa bangga yang mendalam di kalangan masyarakat terhadap kearifan budaya daerah mereka.

Pacu Jalur adalah tradisi perlombaan perahu panjang yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. "Pacu" berarti lomba atau memacu, sedangkan "Jalur" adalah sebutan untuk perahu panjang yang digunakan dalam perlombaan tersebut. 

Dengan viralnya Pacu Jalur, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga, merawat, dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia semakin meningkat, agar tetap lestari dan diakui hingga ke pentas internasional. Sebagai bukti pengakuan, pada tahun 2022, ilustrasi Pacu Jalur karya seniman Wastana Haikal bahkan terpilih sebagai Google Doodle untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.

Secara etimologi, "pacu" berarti perlombaan, dan "jalur" merujuk pada perahu atau sampan. Jadi, Pacu Jalur dapat diartikan sebagai "perlombaan mendayung perahu". Atraksi yang memukau ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, berfungsi sebagai aba-aba jelas bagi para peserta mengingat luasnya arena dan riuhnya ribuan penonton.

Setiap jalur diawaki oleh beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba menerobos arus Sungai Kuantan menuju garis finis.

Setiap jalur, yang biasanya memiliki panjang kurang lebih 40 meter, membutuhkan biaya hingga Rp100 juta per unit. Biaya ini didanai secara swadaya oleh masyarakat Kuansing, sebuah bukti kuat dari semangat gotong royong yang mereka miliki. Setiap perahu akan didayung oleh 50-60 orang, tergantung panjangnya.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Riau, Haji Roni Rakhmat, menuturkan bahwa menurut tradisi lisan masyarakat setempat, Pacu Jalur mulanya adalah sarana transportasi untuk menyusuri Sungai Batang Kuantan, dari Hulu Kuantan hingga Cerenti. "Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa. Digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang per perahu atau sampannya," kata Roni kepada wartawan Rabu (2/7/2025).

Seiring perkembangannya, perahu-perahu transportasi panjang ini sengaja dihias dengan unsur-unsur daerah setempat, biasanya melukiskan kepala ular, buaya, dan harimau. Pemerintah telah mengakui dan menetapkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Nasional Takbenda asli Indonesia, menjadikannya agenda pariwisata nasional KEN Kemenparekraf. "Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional," ucap  Roni.

Terkait viralnya Pacu Jalur di media sosial,  Roni menyatakan kegembiraannya. Ia mengaku sangat senang Pacu Jalur kini dikenal luas hingga mancanegara berkat viralnya di TikTok. "Ini membuktikan bahwa kearifan lokal kita memiliki daya tarik universal dan mampu bersaing di panggung global. Fenomena ini juga menjadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri," tutur Haji Roni dengan bangga.

Secara sejarah, Pacu Jalur digelar pada masa penjajahan Belanda untuk memeriahkan perayaan adat sejak tahun 1890, bahkan spesifik digunakan untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina (31 Agustus). Setelah kemerdekaan, festival ini berkembang untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan juga sempat diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar umat Islam seperti Maulid Nabi, Idulfitri, atau Tahun Baru Islam.

Pacu Jalur adalah tradisi yang sarat nilai sejarah, perpaduan unsur olahraga, seni, dan olah batin. Masyarakat setempat percaya bahwa olah batin dari pawang atau dukun perahu sangat berpengaruh dalam menentukan kemenangan, terlihat dari ritual khusus yang menyertai setiap tahapan, mulai dari pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan, hingga perlombaan.

Pada tahun 2024 lalu, Pacu Jalur dihelat mulai 21 hingga 25 Agustus, dengan partisipasi 225 peserta jalur. Agenda pariwisata ini resmi dibuka di Lapangan Lumino, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuansing. Pemerintah Provinsi Riau turut mendukung kesuksesan event Pacu Jalur 2024 dengan memberikan bantuan senilai Rp575 juta, dialokasikan untuk hadiah bagi para juara. Juara 1 mendapatkan Rp70.000.000, Juara 2 Rp60.000.000, Juara 3 Rp50.000.000, Juara 4 Rp40.000.000, Juara 5 Rp30.000.000. Kemudian, juara 6 Rp20.000.000, dan Juara 7 hingga 15 masing-masing Rp10.000.000. Selain itu, ada kontribusi jalur sebesar Rp1.000.000 per jalur, dengan total Rp215.000.000.

Editor : Banda Haruddin Tanjung

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network