Persepsi Efikasi dan Norma Kelompok Lebih Menentukan Partisipasi Cegah Karhutla
Trisia berhasil mempertahankan disertasi berjudul Model Komunikasi Lingkungan dalam Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Studi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di Desa Sri Gading, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan) dan lulus dengan predikat Summa Cum Laude dengan IPK 3,98.
"Pengendalian karhutla menjadi faktor penentu keberhasilan Indonesia mencapai target FOLU Net Sink 2030. Data yang ia himpun menunjukkan 99 persen kebakaran hutan dipicu aktivitas manusia, sementara 69 persen masyarakat masih memakai teknik tebas bakar, sehingga mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca, "katanya Senin 24/11/2025)
Melalui pemetaan menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM), Trisia menemukan bahwa di tingkat nasional aktor kunci pencegahan karhutla adalah pemerintah pusat dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan kendala utama adalah kordinasi yang belum maksimal antara berbagai lembaga yang terlibat di tingkat tapak untuk program pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Di tingkat tapak, aktor kunci adalah Manggala Agni, dengan hambatan terbesar kurangnya komunikasi dan kordinasi antar stakeholder dalam memberdayakan masyarakat.
Temuan itu diperkuat oleh hasil eksperimen komunikasi lingkungan yang membandingkan efektivitas pesan weak fear appeal dan strong fear appeal pada petani DMPA. Hasilnya, pesan berbasis ancaman memang berpengaruh signifikan terhadap kemauan berpartisipasi, tetapi tidak secara langsung membentuk sikap. Sebaliknya, norma kelompok terbukti jauh lebih menentukan tindakan pencegahan karhutla.
Penelitian ini kemudian menghasilkan model komunikasi lingkungan baru melalui integrasi teori Extended Parallel Process Model (EPPM), Theory of Planned Behavior (TPB), The Reason Action Theory (TRA), dan Social Interaction Theory (SIT). Model tersebut menunjukkan bahwa dalam konteks sosial-ekologis desa berlahan gambut, efikasi dan norma kelompok bekerja lebih kuat daripada persepsi ancaman, sehingga kampanye berbasis ketakutan perlu diarahkan kembali pada peningkatan efektivitas pencegahan, relasi sosial, dan relevansi pesan.
Trisia juga mengembangkan Territorial Map berbasis discriminant analysis yang mampu memetakan kelompok peran serta petani dengan akurasi hingga 95,2 persen, serta analisis biplot yang memperlihatkan bahwa kelompok dengan weak fear appeal konsisten menunjukkan nilai sikap dan peran serta yang tinggi.
Penelitian ini, kata Trisia, mengisi kekosongan riset terkait integrasi komunikasi risiko, perilaku lingkungan, dan konteks sosial dalam pencegahan karhutla. Dua artikelnya telah terbit di jurnal internasional—Elsevier Q1 Trees, Forests and People serta jurnal Scopus Q3 International Journal of Environmental Impact—menandai kontribusi akademik di bidang komunikasi lingkungan dan pengendalian karhutla.
“Model ini menegaskan bahwa strategi komunikasi tidak bisa seragam. Ia harus disesuaikan dengan kondisi sosial-ekologis, karakteristik petani, dan tata kelola lokal agar mampu mendorong perubahan perilaku secara presisi,” ujar Trisia.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan strategi komunikasi yang lebih efektif untuk mendukung pengurangan emisi sektor kehutanan dan pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
Herdis Herdiansyah sebagai Promotor sekaligus sebagai dosen dan ilmuwan yang masuk dalam daftar 2% peneliti terbaik dunia tahun 2025 yang dirilis oleh Stanford University bekerja sama dengan Elsevier berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi pendekatan baru dalam memaksimalkan program pencegahan karhutla yang efektif. "Saya berharap penelitian ini dapat berlanjut dengan skala lebih besar dan pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan regulasi yang sejalan dengan rekomendasi dalam penelitian ini," ujar Herdis.
Lebih lanjut, ia menambahkan, pencapaian ini sejalan dengan visi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia yaitu sebagai pusat unggulan dalam riset dan pendidikan lingkungan yang memiliki dampak luas, baik secara akademik maupun praktis.
Salah satu penguji Agus Justianto, yang saat ini menjadi Penasihat Tim Kerja Indonesia FOLU Net Sink 2030 Kementerian Kehutanan menilai Model yang digunakan oleh Trisia menghasilkan novelty penting untuk sektor kehutanan khususnya dalam pengendalian kebakaran hutan.
Sementara Antar Venus yang merupakan rektor UPN Veteran Jakarta mengapresiasi penelitian yang dilakukan Trisia karena memasukkan perspektif komunikasi dalam upaya penanggulangan karhutla.
Editor : Banda Haruddin Tanjung