PEKANBARU, iNewsPekanbaru.id - Dua mahasiswa Politeknik Caltex Riau (PCR) berhasil menciptakan sebuah alat yang mengubah tumpukan sampah plastik menjadi bahan bakar cair. Inovasi yang dirancang oleh Darwis Dani dan Muhammad Refky Hasibuan, mahasiswa Teknik Mesin, ini menjadi jawaban atas masalah limbah plastik yang terus menumpuk di Pekanbaru.
Berawal dari keprihatinan mereka terhadap sampah yang berserakan, Darwis dan Refky merancang alat pengolah limbah yang sederhana namun berpotensi besar. "Kami mencoba membuat alat ini agar limbah plastik bisa diolah menjadi bahan bakar, bukan hanya menumpuk di lingkungan," kata Darwis Kamis (4/9/2025).
Proses Sederhana, Hasil Menjanjikan
Alat tersebut bekerja dengan cara memanaskan sampah plastik di dalam tabung reaktor menggunakan kompor gas. Panas dari pembakaran ini menimbulkan uap, yang kemudian dialirkan ke tabung destilasi. Di sinilah uap tersebut berubah wujud menjadi cairan yang menyerupai minyak.
Hasil uji coba menunjukkan potensi yang luar biasa. Dengan 10 kilogram sampah plastik, alat ini mampu menghasilkan sekitar 2 liter minyak dalam waktu empat jam. Cairan yang dihasilkan bahkan dinilai oleh dosen mereka memiliki karakteristik yang lebih mendekati bensin ketimbang solar.
Dibuat dari Barang Sederhana
Menariknya, seluruh komponen alat ini dirakit sendiri oleh Darwis dan Refky menggunakan bahan-bahan sederhana seperti pipa gorong-gorong, plat besi, dan pipa kapiler. Dengan kapasitas tabung reaktor hingga 60 kilogram limbah sekali proses, inovasi ini membuktikan bahwa solusi untuk masalah lingkungan bisa datang dari ide-ide yang paling sederhana.
Refky berharap, penelitian mereka bisa terus dilanjutkan oleh mahasiswa lain. "Kalau penelitian soal cairan ini secara lebih lanjut bisa dilakukan oleh orang labor, hasilnya tentu bisa lebih akurat. Kami berharap adik-adik tingkat bisa melanjutkan riset ini agar alatnya semakin sempurna," ujarnya.
Inovasi ini tidak hanya menjadi syarat kelulusan mereka, tetapi juga membuka jalan bagi solusi nyata untuk mengubah limbah yang tak bernilai menjadi energi yang bisa dimanfaatkan.
Editor : Banda Haruddin Tanjung
Artikel Terkait