PEKANBARU, iNewsPekanbaru,id - Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau cukup mengawatirkan. Hingga akhir April 2025, tercatat 1.471 kasus DBD terjadi di 12 kabupaten kota dengan 17 orang meninggal dunia.
Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menjadi daerah paling terdampak dengan 6 kasus kematian, disusul Kampar, Rokan Hulu, dan Dumai masing-masing 3 orang, serta Pekanbaru dan Siak dengan 1 kematian.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Kami turut prihatin atas kejadian ini. Data hingga 31 April menunjukkan adanya tren peningkatan yang perlu menjadi perhatian bersama,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Riau, drg. Sri Sadono Mulyanto, Jumat (16/5/2025).
Sri Sadono menyampaikan bahwa faktor lingkungan masih menjadi penyebab utama penyebaran virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Masalah sanitasi dan pengelolaan lingkungan yang buruk, terutama di kawasan padat penduduk, menjadi tantangan besar.
“Masyarakat perlu lebih peduli menjaga kebersihan lingkungan. Upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini agar nyamuk tidak punya tempat berkembang biak,” jelasnya.
Kader Jumantik dan Gerakan 3M Plus Digencarkan
Sebagai bentuk respons cepat, Dinas Kesehatan Riau kembali mengaktifkan peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di seluruh wilayah. Para kader ditugaskan untuk menyisir rumah-rumah warga, memantau tempat penampungan air, dan memberikan edukasi langsung mengenai upaya pencegahan.
Gerakan 3M Plus — Menguras, Menutup, dan Mengubur barang-barang yang bisa menjadi sarang nyamuk, serta penggunaan kelambu dan obat nyamuk — juga terus disosialisasikan ke masyarakat melalui berbagai saluran informasi.
“Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Jangan menunggu ada yang jatuh sakit baru bertindak,” imbau Sri Sadono.
Guna mengantisipasi lonjakan kasus, Dinas Kesehatan telah berkoordinasi dengan rumah sakit dan puskesmas untuk meningkatkan kesiapan pelayanan.
Masyarakat diminta segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala berat, atau bintik merah pada kulit.
“Deteksi dini sangat penting. Penanganan DBD membutuhkan kecepatan dan ketepatan,” tegasnya.
Sri Sadono menekankan pentingnya sinergi seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah daerah, tokoh masyarakat, hingga RT/RW untuk bersama-sama menanggulangi penyebaran DBD.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat agar wabah ini tidak meluas dan dapat kita kendalikan bersama,” pungkasnya.
Editor : Banda Haruddin Tanjung
Artikel Terkait