JAKARTA iNewsid - Apakah air hujan bisa diminum? Mungkin pertanyaan semacam ini pernah terlintas dibenak kita. Namun, faktanya setetes air hujan pun tidak aman untuk dikonsumsi. Mengapa demikian?
Sebuah penelitian baru menunjukan, dari Antartika hingga dataran tinggi Tibet, air hujan di seluruh dunia sudah terlalu tercemar bagi manusia sehingga tidak layak diminum.
Para peneliti menyampaikan, telah menemukan secara signifikan bahan kima beracun yang bersifat 'selamanya' terkandung dalam air hujan yang dikumpulkan di sekitar planet ini.
Paparan tingkat tinggi ‘per-’ dan ‘zat polifluoroalkil’ buatan manusia ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk masalah kesuburan, tingkat kolestoral yang lebih tinggi, dan risiko obesitas, serta jenis kanker tertentu.
Dilansir, Selasa (16/8/2022), bahan kimia itu mirip dengan yang digunakan dalam produk kemasan dan kosmetik, di mana termasuk kategori yang lambat untuk diurai.
Akibatnya, pedoman mengenai tingkat aman penggunaan zat itu baru-baru ini mengalami perubahan.
Hal ini, dikarenakan ilmuwan telah menemukan fakta bahwa pencemaran zat tersebut turut memengaruhi seberapa baik vaksin bekerja pada anak-anak, berdasarkan keterangan Profesor Universitas Stockholm dan penulis studi, Ian Cousins.
Lewat studi yang dilakukan di Antartika dan dataran tinggi Tibet, para peneliti menemukan Perfluorinated Alkylated Substances (PFAS) 14 kali lebih tinggi dari tingkat yang dianggap aman oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.
“Tidak ada tempat di bumi dan di bagian manapun hujan aman untuk diminum, menurut pengukuran yang telah kami lakukan,” tegas Cousins.
Meskipun bahan kimia sekarang ada di mana-mana, tingkatan yang ditemukan pada manusia telah menurun. Hal ini dikarenakan orang menjadi lebih sadar akan bahayanya dan pedoman telah diperketat agar aman.
“Tetapi tingkat PFAS di lingkungan tetap sama seperti 20 tahun lalu,” ujar Cousins.
Editor : Banda Haruddin Tanjung