Tradisi Pacu Jalur dari Riau Mendunia Berkat Tren Aura Farming TikTok

Nanda
Foto Pemprov Riau (Pacu Jalur Kuasing)

Warisan Budaya Indonesia Menjelajahi Dunia

Popularitas Pacu Jalur yang melonjak berkat tren "Aura Farming" menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya Indonesia dapat mendunia dengan sentuhan kreativitas generasi muda. Selain berhasil memperkenalkan tradisi lokal ke khalayak global, fenomena ini juga menumbuhkan rasa bangga yang mendalam di kalangan masyarakat terhadap kearifan budaya daerah mereka.

Pacu Jalur adalah tradisi perlombaan perahu panjang yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. "Pacu" berarti lomba atau memacu, sedangkan "Jalur" adalah sebutan untuk perahu panjang yang digunakan dalam perlombaan tersebut. 

Dengan viralnya Pacu Jalur, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga, merawat, dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia semakin meningkat, agar tetap lestari dan diakui hingga ke pentas internasional. Sebagai bukti pengakuan, pada tahun 2022, ilustrasi Pacu Jalur karya seniman Wastana Haikal bahkan terpilih sebagai Google Doodle untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus.

Secara etimologi, "pacu" berarti perlombaan, dan "jalur" merujuk pada perahu atau sampan. Jadi, Pacu Jalur dapat diartikan sebagai "perlombaan mendayung perahu". Atraksi yang memukau ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, berfungsi sebagai aba-aba jelas bagi para peserta mengingat luasnya arena dan riuhnya ribuan penonton.

Setiap jalur diawaki oleh beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba menerobos arus Sungai Kuantan menuju garis finis.

Setiap jalur, yang biasanya memiliki panjang kurang lebih 40 meter, membutuhkan biaya hingga Rp100 juta per unit. Biaya ini didanai secara swadaya oleh masyarakat Kuansing, sebuah bukti kuat dari semangat gotong royong yang mereka miliki. Setiap perahu akan didayung oleh 50-60 orang, tergantung panjangnya.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Riau, Haji Roni Rakhmat, menuturkan bahwa menurut tradisi lisan masyarakat setempat, Pacu Jalur mulanya adalah sarana transportasi untuk menyusuri Sungai Batang Kuantan, dari Hulu Kuantan hingga Cerenti. "Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa. Digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang per perahu atau sampannya," kata Roni kepada wartawan Rabu (2/7/2025).

Editor : Banda Haruddin Tanjung

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network