iNewsPekanaru.id- Produsen mobil asal Jepang, Nissan Motor Co., mengumumkan langkah besar dalam upaya menyelamatkan perusahaan dari potensi kebangkrutan. Dalam laporan terbaru yang dilansir Reuters, Nissan dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 20 ribu karyawan di seluruh dunia, atau setara dengan 15 persen dari total tenaga kerja globalnya.
Keputusan ini merupakan kelanjutan dari pengumuman PHK sebelumnya pada November 2024 lalu, di mana Nissan merencanakan pengurangan 9 ribu posisi. Namun, kondisi finansial yang memburuk membuat perusahaan perlu memperluas langkah efisiensi secara lebih agresif.
Penurunan penjualan yang signifikan di dua pasar utama, yakni Amerika Serikat dan China, menjadi salah satu penyebab utama krisis ini. Nissan mencatat penurunan penjualan hingga 94 persen di kedua negara tersebut, yang turut memicu kerugian besar bagi perusahaan.
Pada April 2025, di hadapan para pemegang saham, manajemen Nissan menyampaikan proyeksi kerugian yang mencetak rekor, mencapai antara 700 miliar hingga 750 miliar yen atau sekitar Rp82,6 triliun. Penurunan permintaan global, ketertinggalan dalam inovasi kendaraan hybrid dan listrik, serta inefisiensi operasional menjadi penyebab utama.
CEO baru Nissan, Ivan Espinosa, yang menggantikan Makoto Uchida, kini memimpin upaya restrukturisasi besar-besaran. Dalam pernyataannya sebelumnya, Espinosa mengatakan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan berbagai langkah tambahan untuk menstabilkan keuangan.
“Restrukturisasi ini adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk menjadikan Nissan lebih ramping, gesit, dan berorientasi pada teknologi kendaraan masa depan,” kata Espinosa.
Sebagai bagian dari restrukturisasi tersebut, Nissan juga mengumumkan pembatalan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Pulau Kyushu, Jepang barat daya. Selain itu, pabrik di Thailand akan ditutup pada Juni 2025, bersama dua fasilitas lain yang belum disebutkan secara resmi.
Nissan berharap dapat menghentikan laju penurunan penjualan dengan rencana peluncuran 10 model kendaraan baru di China dalam beberapa tahun ke depan. Upaya ini dinilai penting untuk mengejar ketertinggalan dari para pesaing yang telah lebih dulu menguasai pasar kendaraan listrik dan hybrid.
Meski masa depan masih penuh tantangan, pihak manajemen optimistis bahwa melalui efisiensi biaya, inovasi produk, dan fokus pada pasar kunci, Nissan dapat kembali ke jalur profitabilitas dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Editor : Banda Haruddin Tanjung
Artikel Terkait