KH Suyoto: Perempuan Boleh Jadi Pemimpin di Siak

Nanda
Tokah Wanita Asal Siak Siap Maju Pilkada.

SIAK, iNewsPekanbaru.id- Gelaran Pilkada serentak masih beberapa bulan lagi. Tetapi di Siak atmosfirnya mulai menghangat. Mulai muncul pemberitaan yang berisi seruan untuk tidak memilih pemimpin perempuan. Ini tentu tidak baik bagi iklim demokrasi dimana hak memilih dan dipilih dijamin oleh konstitusi dengan tidak membedakan jenis kelamin. 

Tokoh agama Kabupaten Siak, KH Suyoto menghimbau kepada semua pihak agar tidak menggunakan dalil agama untuk kepentingan politik praktis. Terlebih untuk isu-isu sensitif seperti Gender. 

"Pembahasan soal kepemimpinan perempuan sudah sejak dulu selesai di kalangan ulama. Di Negara kita tidak ada fatwa yang melarang perempuan untuk menjadi pemimpin, apalagi dengan jabatan sebagai Bupati. Baik secara syariat maupun hukum positif yang berlaku di negara ini tidak ada larangan soal itu," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin As-Siyaki Ini, Senin (3/4) menjawab awak media.

Terkait dalil yang sering digunakan untuk mengkerdilkan posisi perempuan di kancah Pilkada, ditegaskan bahwa dalil Nabi yang diriwayatkan Abu Bakrah itu menurut Jumhur ulama Kontemporer tidak dapat digeneralisir untuk seluruh perempuan. 

Dalil tersebut hanya berlaku khusus untuk Putri Kisra anak raja Persia. Penggalan hadisnya yang sering dipakai untuk menjatuhkan peran perempuan itu bunyinya tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita. 

"Ini perlu dilihat asbabul wurudnya atau sebab dituturkannya hadis tersebut. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Bakrah saat terjadi perang Jamal antara Sayyidah Aisyah dan Sayyidina Ali dimana Abu Bakrah condong berpihak kepada sahabat Ali. Jadi periwayatannya sendiri juga memiliki muatan politik," tegas KH Suyoto.

Disisi lain Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah tersebut, dikatakan meski bersifat Sahih namun tidak sejalan dengan semangat surat At-Taubah Ayat 71. 

"Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah perbuatan yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana," jelas KH Suyoto.

"Di dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 23 juga dikisahkan oleh Allah tentang  kepemimpinan Ratu Bilqis dan kerajaan Saba'nya. Bahkan di surat 29-33-nya dijelaskan bagaimana role model kepemimpinan perempuan (Ratu Bilqis) yang memimpin dengan demokratis, arif dan bijaksana. Jadi menurut saya bukan pada jenis kelaminnya seseorang bisa memimpin, yang terpenting dalam Islam prinsipnya adalah tasharruf al-imam ‘ala ar-ra’iyyah manuthun bi al-maslahah atau kebijakan pemimpin harus didasarkan atas kemaslahatan rakyat," tegasnya lagi. 

Terakhir Badal Tariqat Qodriyah Wannaqsabandiyah ini menghimbau kepada semua pihak agar menyudahi polemik yang sudah selesai dibahas oleh ulama-ulama terdahulu, dan tidak menjadikan dalil agama untuk menghalangi calon perempuan maju di Pilkada Siak.

"Apalagi di Jawa dan provinsi lain banyak kan Perempuan yang jadi Gubernur dan Bupati, daerahnya juga maju. Bahkan di Riau sudah ada dua pemimpin perempuan. Toh sampai hari ini tidak ada Fatwa baik dari MUI maupun ormas Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah yang melarang perempuan untuk jadi pemimpin," pungkas ulama Siak ini.

Editor : Banda Haruddin Tanjung

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network