JAKARTA, iNewspekanbaru.id – Pebulutangkis nomor satu dunia sektor tungal putra, Viktor Axelsen menjadi salah satu pemain yang ditakuti lawan lawannya khususnya sepanjang tahun 2022. Kesuksesan Papa Vega-julukan Viktor Axelsen tak terlepas dari salah satu legenda hidup tepok bulu Indonesia.
Kini Viktor Axelsen siap kembali beraksi pada 2023, Axelsen pun membeberkan kunci kesuksesannya sejauh ini. Dia menyebut ada sejumlah pebulu tangkis yang jadi sumber pelajarannya, di antaranya legenda hidup bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat.
Axelsen memang menjalani musim yang luar biasa sepanjang 2022. Dia sukses meraih enam gelar di ajang BWF World Tour yakni di All England, Indonesia Masters, Indonesia Open, Malaysia Open, French Open, dan World Tour Finals 2022.
Bahkan, di luar ajang BWF tersebut, Axelsen juga menjadi yang terbaik di Kejuaraan Eropa dan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2022. Tak heran, dia pun kembali menjadi unggulan di 2023.
Axelsen pun menyadari tantangan pada 2023 bakal semakin sulit. Terlebih, ada ambisi yang dimiliki oleh para rivalnya untuk menggulingkan pemain nomor 1 dunia.
“Ketika menjadi nomor 1 dunia, juara Olimpiade dan juara dunia, semua akan memperhatikan. Semua ingin mengalahkan Anda,” kata Axelsen, dilansir dari laman resmi BWF, Senin (9/1/2023).
“Ini adalah hal bagus, karena dapat menjaga Anda tetap tajam. Itu sudah adalah bagian dari permainan,” sambungnya.
Namun, perjuangan Axelsen hingga menjadi seperti sekarang tentunya tidak mudah. Dia pun menyebut lima nama pemain top yang berperan dalam perkembangannya hingga menjadi pemain tunggal putra terbaik saat ini.
Mereka adalah Chen Long dan empat anggota Fantastic Four, yaitu Lin Dan, Lee Chong Wei, Taufik Hidayat, dan Peter Gade. Keempat pemain ini mendapat sebutan demikian karena berhasil menciptakan rivalitas eksklusif yang sulit ditembus pemain lainnya.
“Saya cukup beruntung dapat bermain melawan juara-juara hebat seperti Lin, Lee, Chen Long, Taufik Hidayat, dan Peter Gade. Saya belajar banyak dari hal itu,” jelas Axelsen.
“Saya masih ingat saat masuk ke final pertama kali 10 tahun lalu. Sungguh gila waktu lewat begitu saja. Dulu, saya tak paham apa pun, dan sekarang situasinya berbeda,” pungkasnya.
Editor : Banda Haruddin Tanjung
Artikel Terkait