Dari Naga Sakti Hingga Pesawat Terbang: Mengungkap Filosofi di Balik Ukiran Pacu Jalur

PEKANBARU ,iNewsPekanbarru.id– Festival Pacu Jalur 2025 di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, Kuantan Singingi (Kuansing), Riau bukan sekadar perlombaan perahu biasa. Acara yang berlangsung dari 20 hingga 24 Agustus ini adalah sebuah mahakarya seni, sejarah, dan keberanian yang menjadi denyut nadi budaya masyarakat Riau. Puncak acara ini bahkan dijadwalkan akan dibuka langsung oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Menurut sejarawan Profesor Suwardi MS, setiap elemen jalur memiliki nilai filosofis, mulai dari haluan, perut jalur, hingga kemudi. Namun, salah satu elemen yang paling menonjol dan menjadi mahkota jalur adalah Selembayung.
"Selembayung itu ibarat mahkota Jalur. Di sinilah nilai seni Jalur paling ditonjolkan. Ia membuktikan bahwa jalur bukan hanya perahu, tapi juga karya seni ukir yang luar biasa," jelas Profesor Suwardi Selasa (19/8/2025).
Secara fungsional, Selembayung juga sangat vital. Bagian ini menjadi tempat berpegang bagi tukang onjoi, kru yang bertugas menciptakan irama untuk menggerakkan jalur. Tanpa Selembayung, tukang onjoi bisa kehilangan keseimbangan.
Ukiran pada Selembayung pun tidak sembarangan, sering kali disesuaikan dengan nama jalur yang membawa identitas desa. Sebagai contoh, jalur bernama Naga Sakti akan memiliki ukiran naga, sementara Bomber milik Desa Siberakum terinspirasi dari peristiwa sejarah serangan pesawat Bomber saat Perang PRRI. Nama-nama jalur ini, yang sering diambil dari binatang yang melambangkan kekuatan, menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap desa.
Selain Selembayung, keindahan Pacu Jalur juga diperkaya dengan berbagai motif lukisan pada badan perahu. Motif-motif seperti keluak paku, daun keladi, akar kacang, hingga anyaman bambu mencerminkan kearifan lokal. Beberapa jalur bahkan memiliki motif unik seperti ombak, urung layang, hingga pesawat terbang.
Popularitas Pacu Jalur semakin meroket di kancah nasional dan internasional berkat tren "aura farming" yang menampilkan aksi memukau seorang anak bernama Dika. Fenomena viral ini berhasil menarik perhatian luas dan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, menegaskan dukungan pemerintah terhadap festival ini. "Festival ini bukan hanya ajang adu cepat, tetapi juga wadah untuk melestarikan Warisan Budaya Takbenda Indonesia," ujarnya. Kehadiran Wakil Presiden Gibran sendiri membuktikan bahwa Pacu Jalur telah naik ke panggung nasional dan menjadi aset budaya serta pariwisata yang sangat berharga bagi Riau.
Editor : Banda Haruddin Tanjung